Home » , » Sharia Business Integrated System (SBIS)

Sharia Business Integrated System (SBIS)

Written By Unknown on Kamis, 25 April 2013 | 17.48




“SHARIA BUSINESS INTEGRATED SYSTEM (SBIS)”: OPTIMALISASI TRIPLE STEPS SOLUTION SEBAGAI PENGUATAN TEKNOLOGI UMKM UNTUK MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY  TAHUN 2015




ABSTRACT

Asean Economic Community (AEC) yang diharapkan terbentuk pada tahun 2015 merupakan haraan, peluang dan tantangan bagi UKM di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara yang ada di ASEAN. Salah satu permasalahan UMKM di Indonesia dalam menghadapi AEC ialah problem teknologi. Penelitian ini menggunakan Sharia Bussines Integration Sistym (SBIS) yang menggabungkan peran antara Bank Syariah dengan BMT dalam mengembangkan teknologi UMKM. SBIS dielaborasi dengan Triple Step Solution sebagai solusi pengembangan teknologi UMKM. Adapun langkah-langkah yang ada dalam Triple Step Solution yaitu (1) langkah teoritis, (2) langkah operasional, dan (3) langkah evaluasi.
Kata Kunci: AEC, SBIS, Triple Step Solution, Teknologi

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Dari perspektif dunia, diakui bahwa usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memainkan suatu peran vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju. UMKM sangat penting karena mempunyai karakteristik-karakteristik utama yang membedakan mereka dari usaha besar, terutama karena UMKM adalah usaha-usaha padat karya, terdapat di semua lokasi terutama di perdesaan, lebih tergantung pada bahan-bahan baku lokal, dan penyedia utama barang-barang dan jasa kebutuhan pokok masyarakat berpendapatan rendah atau miskin. Dengan menyadari betapa pentingnya UMKM tersebut, tidak heran kenapa pemerintah-pemerintah di hampir semua negara sedang berkembang termasuk ASEAN mempunyai berbagai macam program, dengan skim-skim kredit bersubsidi sebagai komponen terpenting, untuk mendukung perkembangan dan pertumbuhan UMKM demi kesejahteraan masyarakat ASEAN khususnya.
Pelaksanaan AEC pada tahun 2015 akan mengharuskan seluruh negara ASEAN melakukan liberalisasi perdagangan barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil secara bebas dan arus modal yang lebih luas, sebagaimana telah disepakati dalam AEC Blueprint. AEC merupakan sebuah langkah komprehensif dari kesepakatan perdagangan bebas ASEAN (ASEAN Free Trade Area/ AFTA). Guna mewujudkan hal tersebut, maka negara-negara anggota ASEAN telah menyepakati ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) pada pertemuan KTT ASEAN ke-4 di Chaam, Thailand (Kementerian Perdagangan RI). Oleh karena itu, untuk menunjang kesiapan Indonesia memasuki MEA tahun 2015 perlu dilakukan pengamanan pasar produk dalam negeri, dan penguatan ekspor. Adapun kinerja ekspor dan impor Indonesia, dan negara ASEAN disajikan dalam Tabel  di bawah ini.
Tabel 1.1 Data Ekspor-Impor Negara-negara di ASEAN
Tahun 2009 (US$ million)
Negara
Tahun 2009
Tahun 2010
Perubahan satu tahun
Expor
Impor
Expor
Impor
Expor
Impor
Brunai Darussalam
7.152,0
2.450,5
8.615,4
2.383,8
20,5
(2,7)
Kamboja
4.985,8
3.900,9
5.583,6
4.896,8
12
25,5
Indonesia
116.510,0
96.829,2
157.779,1
135.663,3
35,4
40,1
Laos
1.237,2
1.725
2.432,8
2.076,4
96,6
20,4
Malaysia
156.890,9
123.330,5
198.800,8
164.733,5
26,7
33,6
Myanmar
6.341,5
3.849,9
7.599,5
4.198,7
19,8
9,1
Filifina
38.334,7
45.533,9
51.431,7
58.228,6
34,2
27,9
Singapura
269.832,5
245.784,7
371.194,3
328.078,9
37,6
33,5
Thailand
152.497,2
133.769,6
195.312,3
189.728,4
28,1
41,8
Vietnam
56.691,0
69.230,9
72.191,9
84.801,2
27,3
22,5
ASEAN
810.472,6
726.405,0
1.070.941,4
974.789,6
32,1
34,2

Sumber: Diolah dari Pusat Data Statistik Perdagangan Barang ASEAN, 15 Februari 2012
Secara teoritis, integrasi ekonomi ASEAN menjanjikan peningkatan kesejahteraan bagi Indonesia maupun negara ASEAN lainnya. Terbukanya pasar keuangan ASEAN tersebut juga memberikan peluang untuk semakin terbukanya akses bagi UMKM kepada sumber-sumber keuangan, tidak saja di dalam negeri tetapi juga pasar keuangan internasional. Dilain pihak, UMKM di negara ASEAN menghadapi tantangan yang cukup berat, karena persaingan yang semakin ketat. Mengingat belum setaranya kondisi ekonomi di masing-masing negara maka diharapkan setiap negara termasuk Indonesia dapat meningkatkan daya saing agar dapat mengambil manfaat dari liberalisasi.
Rendahnya daya saing UMKM di Indonesia dapat menjadi masalah utama dalam mengahadapi pelaksanaan AEC pada tahun 2015. Hasil pemetaan teknologi UMKM yang dilakukan oleh Kementerian Negara Koperasi dan UKM tahun 2010 menunjukkan bahwa baru sebagian kecil (21,34%) UMK yang mampu mengikuti perkembangan teknologi. UMK-UMK tersebut terutama adalah yang bergerak di bidang usaha manufaktur dan transportasi, sedangkan yang bergerak di sektor lainnya terutama sektor pertambangan dan penggalian masih sangat tertinggal.
Disadari oleh banyak pihak bahwa pengembangan teknologi merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan produktifitas untuk membangun daya saing UMKM. Pada kenyataannya, penggunaan teknologi di kalangan UMKM khususnya pengusaha mikro dan pengusaha kecil (UMK) di Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan dengan di negara-negara lain. Demikian juga penerapan temuan-temuan teknologi di lingkungan UMK masih dibatasi oleh ketidakmampuan UMK baik untuk membeli maupun mengoperasikannya
Guna mengatasi hal tersebut maka penulis menawarkan strategi kemitraan antara semua lembaga keuangan termasuk Bank Syariah dan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) melalui Sharia Business Integrated System (SBIS) dalam hal optimalisasi triple steps solution sebagai penguat teknologi UMKM untuk menghadapi AEC 2015.
1.2.Rumusan masalah
            Salah satu daya tarik ASEAN adalah jumlah penduduk yang besar merupakan potensi pasar bagi negara lain di dunia. Apalagi Indonesia adalah negara yang memiliki penduduk terbanyak nomor empat di dunia. Perlu kerja keras ekstra bagi pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja dan menumbuhkan jiwa entrepereneur di masyarakat. Menurut Gultom (2010), perkembangan penduduk di ASEAN dan potensi ekonomi yang dilihat dari PDB-nya. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang relatif stabil akan menjadikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan baru, yang diharapkan juga sebagai penyeimbang. Membaiknya rating investasi di kawasan ASEAN juga akan mendorong tingkat konsumsi. Disinilah peran ASEAN untuk meningkatkan permintaan impor sehingga dapat menyeimbangkan ekonomi global yang dapat digambarkan pada tabel berikut:
Tabel 1.2.1 Data Ekspor-Impor Negara-negara di ASEAN Tahun 2010 (US$ million) dan Jumlah Penduduk (dalam ribuan orang)

Negara
Jumlah Penduduk
Ekspor
Impor
Brunei Darussalam
86,024
8.615,4
2.383,8
Cambodia
14,957
5.583,6
4.896,8
Indonesia
231,369
157.779,1
135.663,3
Lao PDR
5,922
2.432,8
2.076,4
Malaysia
28,306
198.800,8
164.733,5
Myanmar
59,534
7.599,5
4.198,7
The Philipinnes
92,226
51.431,7
58.228,6
Singapore
0,406
371.194,3
328.078,9
Thailand
4,987
195.312,3
189.728,4
Viet Nam
66,903
72.191,9
84.801,2
Sumber: Asean Secretary, 2011

Tabel 1.2.2 Kontribusi UMKM di Negara-Negara ASEAN terhadap Lapan
Negara
Kontribusi Terhadap Lapangan Kerja
(%)
Kontribusi Terhadap PDB
(%)
Kontribusi Terhadap Total Usaha
(%)
Brunei Darussalam
58
22
98,5
Cambodia
n.a
n.a
98,46
Indonesia
97
56,53
99,99
Lao PDR
83
6,9
n.a
Malaysia
56
31
99
Myanmar
n.a
n.a
91,99
The Philipinnes
61,2
n.a
99,6
Singapore
70
60
99
Thailand
78,20
n.a
99,8
Viet Nam
n.a
n.a
n.a
Sumber : Directory of Outstanding ASEAN SMEs 2011- The ASEAN Secretariat Jakarta
            Menyadari peran UMKM sebagai kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar dan cukup dominan dalam perekonomian, maka pencapaian kesuksesan MEA 2015 mendatang juga akan dipengaruhi oleh kesiapan UMKM. Di Indonesia, UMKM hingga saat ini masih menghadapi berbagai permasalahan baik yang bersifat klasik atau intermediate atau advanced. Permasalahan tersebut bisa berbeda di satu daerah dengan daerah lain atau antar sektor atau perusahaan pada sektor yang sama. Namun ada sejumlah permasalahan yang umum dihadapi oleh semua UMKM yaitu modal dan kecanggihan teknologi.
Dari perumusan masalah di atas, maka disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1.      Bagaimana kesiapan teknologi UMKM di Indonesia dalam menghadapai AEC 2015?
2.      Bagaimana mekanisme konsep SBIS mampu mengoptimalkan triple steps solution sebagai penguat teknologi UMKM dalam menghadapi AEC 2015?


Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Rahmad Kadry - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger