“SHARIA BUSINESS INTEGRATED SYSTEM (SBIS)”: OPTIMALISASI TRIPLE STEPS SOLUTION SEBAGAI PENGUATAN TEKNOLOGI UMKM UNTUK MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015
ABSTRACT
Asean Economic Community (AEC) yang diharapkan terbentuk pada tahun 2015 merupakan haraan, peluang dan tantangan bagi UKM di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara yang ada di ASEAN. Salah satu permasalahan UMKM di Indonesia dalam menghadapi AEC ialah problem teknologi. Penelitian ini menggunakan Sharia Bussines Integration Sistym (SBIS) yang menggabungkan peran antara Bank Syariah dengan BMT dalam mengembangkan teknologi UMKM. SBIS dielaborasi dengan Triple Step Solution sebagai solusi pengembangan teknologi UMKM. Adapun langkah-langkah yang ada dalam Triple Step Solution yaitu (1) langkah teoritis, (2) langkah operasional, dan (3) langkah evaluasi.
Kata Kunci: AEC, SBIS, Triple Step Solution, Teknologi
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dari perspektif
dunia, diakui bahwa usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) memainkan suatu
peran vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di
negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju. UMKM sangat
penting karena mempunyai karakteristik-karakteristik utama yang membedakan
mereka dari usaha besar, terutama karena UMKM adalah usaha-usaha padat karya,
terdapat di semua lokasi terutama di perdesaan, lebih tergantung pada
bahan-bahan baku lokal, dan penyedia utama barang-barang dan jasa kebutuhan
pokok masyarakat berpendapatan rendah atau miskin. Dengan menyadari betapa
pentingnya UMKM tersebut, tidak heran kenapa pemerintah-pemerintah di hampir
semua negara sedang berkembang termasuk ASEAN
mempunyai berbagai macam program, dengan skim-skim kredit bersubsidi sebagai
komponen terpenting, untuk mendukung perkembangan dan pertumbuhan UMKM demi kesejahteraan masyarakat ASEAN
khususnya.
Pelaksanaan AEC
pada tahun 2015 akan mengharuskan seluruh negara ASEAN melakukan liberalisasi
perdagangan barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil secara bebas dan
arus modal yang lebih luas, sebagaimana telah disepakati dalam AEC Blueprint. AEC merupakan sebuah langkah
komprehensif dari kesepakatan perdagangan bebas ASEAN (ASEAN Free Trade Area/ AFTA). Guna mewujudkan
hal tersebut, maka negara-negara anggota ASEAN telah menyepakati ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) pada
pertemuan KTT ASEAN ke-4 di Chaam, Thailand (Kementerian Perdagangan RI). Oleh karena itu, untuk menunjang kesiapan Indonesia memasuki MEA tahun 2015
perlu dilakukan pengamanan pasar produk dalam negeri, dan penguatan
ekspor. Adapun kinerja ekspor dan impor Indonesia, dan negara
ASEAN disajikan dalam Tabel di bawah
ini.
Tabel 1.1 Data Ekspor-Impor Negara-negara di ASEAN
Tahun 2009 (US$ million)
Negara
|
Tahun 2009
|
Tahun 2010
|
Perubahan satu tahun
|
|||
Expor
|
Impor
|
Expor
|
Impor
|
Expor
|
Impor
|
|
Brunai Darussalam
|
7.152,0
|
2.450,5
|
8.615,4
|
2.383,8
|
20,5
|
(2,7)
|
Kamboja
|
4.985,8
|
3.900,9
|
5.583,6
|
4.896,8
|
12
|
25,5
|
Indonesia
|
116.510,0
|
96.829,2
|
157.779,1
|
135.663,3
|
35,4
|
40,1
|
Laos
|
1.237,2
|
1.725
|
2.432,8
|
2.076,4
|
96,6
|
20,4
|
Malaysia
|
156.890,9
|
123.330,5
|
198.800,8
|
164.733,5
|
26,7
|
33,6
|
Myanmar
|
6.341,5
|
3.849,9
|
7.599,5
|
4.198,7
|
19,8
|
9,1
|
Filifina
|
38.334,7
|
45.533,9
|
51.431,7
|
58.228,6
|
34,2
|
27,9
|
Singapura
|
269.832,5
|
245.784,7
|
371.194,3
|
328.078,9
|
37,6
|
33,5
|
Thailand
|
152.497,2
|
133.769,6
|
195.312,3
|
189.728,4
|
28,1
|
41,8
|
Vietnam
|
56.691,0
|
69.230,9
|
72.191,9
|
84.801,2
|
27,3
|
22,5
|
ASEAN
|
810.472,6
|
726.405,0
|
1.070.941,4
|
974.789,6
|
32,1
|
34,2
|
Sumber: Diolah dari Pusat Data Statistik Perdagangan Barang ASEAN, 15
Februari 2012
Secara
teoritis, integrasi ekonomi ASEAN menjanjikan peningkatan kesejahteraan bagi
Indonesia maupun negara ASEAN lainnya. Terbukanya pasar keuangan ASEAN tersebut
juga memberikan peluang untuk semakin terbukanya akses bagi UMKM kepada
sumber-sumber keuangan, tidak saja di dalam negeri tetapi juga pasar keuangan
internasional. Dilain pihak, UMKM di negara ASEAN menghadapi tantangan yang
cukup berat, karena persaingan yang semakin ketat. Mengingat belum setaranya
kondisi ekonomi di masing-masing negara maka diharapkan setiap negara termasuk
Indonesia dapat meningkatkan daya saing agar dapat mengambil manfaat dari
liberalisasi.
Rendahnya daya
saing UMKM di Indonesia dapat menjadi masalah utama dalam mengahadapi
pelaksanaan AEC pada tahun 2015. Hasil pemetaan teknologi UMKM yang dilakukan
oleh Kementerian Negara Koperasi dan UKM tahun 2010 menunjukkan bahwa baru
sebagian kecil (21,34%) UMK yang mampu mengikuti perkembangan teknologi.
UMK-UMK tersebut terutama adalah yang bergerak di bidang usaha manufaktur dan transportasi,
sedangkan yang bergerak di sektor lainnya terutama sektor pertambangan dan
penggalian masih sangat tertinggal.
Disadari oleh banyak pihak bahwa pengembangan teknologi merupakan salah
satu faktor penting dalam meningkatkan produktifitas untuk membangun daya saing
UMKM. Pada kenyataannya, penggunaan teknologi di kalangan UMKM khususnya
pengusaha mikro dan pengusaha kecil (UMK) di Indonesia masih tertinggal jauh
dibandingkan dengan di negara-negara lain. Demikian juga penerapan
temuan-temuan teknologi di lingkungan UMK masih dibatasi oleh ketidakmampuan
UMK baik untuk membeli maupun mengoperasikannya
Guna mengatasi
hal tersebut maka penulis menawarkan strategi kemitraan antara semua lembaga keuangan termasuk Bank Syariah dan Baitul Maal
Wat Tamwil (BMT) melalui Sharia
Business Integrated System (SBIS) dalam hal optimalisasi triple steps solution
sebagai penguat teknologi UMKM untuk menghadapi AEC 2015.
1.2.Rumusan
masalah
Salah satu daya tarik ASEAN adalah jumlah
penduduk yang besar merupakan potensi pasar bagi negara lain di dunia. Apalagi Indonesia adalah negara yang memiliki penduduk terbanyak nomor
empat di dunia. Perlu kerja keras ekstra bagi pemerintah untuk menciptakan
lapangan kerja dan menumbuhkan jiwa entrepereneur di masyarakat. Menurut
Gultom (2010), perkembangan penduduk di ASEAN dan potensi ekonomi yang dilihat
dari PDB-nya. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang relatif stabil akan
menjadikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan baru, yang diharapkan juga sebagai
penyeimbang. Membaiknya rating investasi di kawasan ASEAN juga akan mendorong
tingkat konsumsi. Disinilah peran ASEAN untuk meningkatkan permintaan impor
sehingga dapat menyeimbangkan ekonomi global yang dapat digambarkan pada tabel
berikut:
Tabel 1.2.1 Data Ekspor-Impor Negara-negara di ASEAN Tahun 2010 (US$ million) dan Jumlah Penduduk (dalam ribuan orang)
Negara
|
Jumlah Penduduk
|
Ekspor
|
Impor
|
Brunei
Darussalam
|
86,024
|
8.615,4
|
2.383,8
|
Cambodia
|
14,957
|
5.583,6
|
4.896,8
|
Indonesia
|
231,369
|
157.779,1
|
135.663,3
|
Lao PDR
|
5,922
|
2.432,8
|
2.076,4
|
Malaysia
|
28,306
|
198.800,8
|
164.733,5
|
Myanmar
|
59,534
|
7.599,5
|
4.198,7
|
The
Philipinnes
|
92,226
|
51.431,7
|
58.228,6
|
Singapore
|
0,406
|
371.194,3
|
328.078,9
|
Thailand
|
4,987
|
195.312,3
|
189.728,4
|
Viet Nam
|
66,903
|
72.191,9
|
84.801,2
|
Sumber: Asean Secretary, 2011
Tabel 1.2.2 Kontribusi UMKM di Negara-Negara ASEAN terhadap Lapan
Negara
|
Kontribusi Terhadap Lapangan Kerja
(%)
|
Kontribusi Terhadap PDB
(%)
|
Kontribusi Terhadap Total Usaha
(%)
|
Brunei
Darussalam
|
58
|
22
|
98,5
|
Cambodia
|
n.a
|
n.a
|
98,46
|
Indonesia
|
97
|
56,53
|
99,99
|
Lao PDR
|
83
|
6,9
|
n.a
|
Malaysia
|
56
|
31
|
99
|
Myanmar
|
n.a
|
n.a
|
91,99
|
The
Philipinnes
|
61,2
|
n.a
|
99,6
|
Singapore
|
70
|
60
|
99
|
Thailand
|
78,20
|
n.a
|
99,8
|
Viet Nam
|
n.a
|
n.a
|
n.a
|
Sumber : Directory of Outstanding ASEAN SMEs 2011-
The ASEAN Secretariat Jakarta
Menyadari
peran UMKM sebagai kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar dan cukup
dominan dalam perekonomian, maka pencapaian kesuksesan MEA 2015 mendatang juga
akan dipengaruhi oleh kesiapan UMKM. Di Indonesia, UMKM hingga saat ini masih
menghadapi berbagai permasalahan baik yang bersifat klasik atau intermediate
atau advanced. Permasalahan tersebut bisa berbeda di satu daerah dengan daerah
lain atau antar sektor atau perusahaan pada sektor yang sama. Namun ada
sejumlah permasalahan yang umum dihadapi oleh semua UMKM yaitu modal dan kecanggihan
teknologi.
Dari perumusan
masalah di atas, maka disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1.
Bagaimana
kesiapan
teknologi UMKM di Indonesia dalam menghadapai AEC 2015?
2.
Bagaimana
mekanisme konsep SBIS mampu mengoptimalkan triple steps solution sebagai
penguat teknologi UMKM dalam menghadapi AEC 2015?
Posting Komentar